Rabu, 22 Oktober 2014
Permohonan
Serpihan rindu yang terserak tak sempat bersatu
Pilinan rasa yang terikat kuat terurai oleh kenyataan
Air bening melesat sejauh mata memandang
bermuara ke samudera derita
Di ujung sana, dua tangan menengadah
meminta hujan turun dengan deras
Di sini, ada hati yang terbakar api dari neraka dunia
tinggal puing-puing menyedihkan
Sungguh, tak bisakah kau tengok aku?
Aku tak sanggup seperti ini, sangat sakit
Sungguh, tak bisakah kau tawarkan racun ini?
Aku tak sanggup menelannya, mematikan
Kau yang kusebut cinta, tetaplah di sini; di hati yang terdalam
Kau yang kusebut rindu, dekap erat aku; lindungi tubuh ringkih ini
Kau yang kusebut keajaiban, menjelmalah; himpunlah cinta ini,
satukan serpihan rindu ini, kunci keduanya di dalam hati.
2 komentar:
"Sungguh, tak bisakah kau tawarkan racun ini?" bait ini, aku ngerasa mengajak orang lain agar memberi racun yg lebih lagi. XD
Puisinya menyentuh, memaksa keluar peluh, padahal raga hanya bersimpuh. Tapi tetap mematuh. Seolah tiap bait mejernih keruh. Menghilangkan rasa yang mulai lusuh.
Woelllaaahhh,, racunnya jgn ditambah lg dah... Klo Cita Citata bilang "sakitnya tuh di sini pas kena hatiku" Hahahaha...
Hmmm,, sip sip sip, komennya pke puisi,, kereenn... ^^
Posting Komentar