Pages

Selasa, 16 Agustus 2016

Pernyataan Pertanyaan

Jika air tidak ditakdirkan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, mungkin air terjun Niagara akan berhamburan ke arah mana saja yg ia suka, tanpa pernah menghiraukan aturan alam. Bebas, menuju ke arah mana saja yang ia kehendaki.

Berbicara tentang keadaanku, keinginanku mungkin tak banyak, hanya ingin kenyamanan. Egois sekali jika aku hanya menginginkan diriku dalam kenyamanan. Sementara yang lainnya, telah aku buat hidupnya tak nyaman, persaannya tak nyaman, bahkan hanya untuk sekedar main game di gadget pun tak nyaman karenaku. Itulah aku, manusia tak tau diri dan penuh keegoisan. Aku hanya memikirkan diriku dan kenyamananku. Aku salah? Bagaimana menurutmu?

Aku sudah lelah berada pada titik diam atau yang sengaja mendiam pada apa-apa yang tak ku suka. Termasuk keadaan seperti ini, keadaan yang memaksaku untuk tetap diam. Bagaimana ini? Aku harus diam, padahal aku sudah lelah diam. Iya, aku memang harus diam. Ketika suaraku kalah dengan hingar bingar suara lainnya, tidak ada yang bisa aku lakukan selain diam.

Mungkin menangis akan sedikit melegakan hati, tapi tak bisa membuatku bernapas bebas. Bahkan mataku tidak bisa berbohong ketika menangis. Siapa yang peduli? Tidak ada. Tidak ada yang peduli dengan apa yang aku rasa. Jika pun aku bersuara lagi, itu akan menambah predikatku sebagai wanita egois, serakah dan congkak. Makin nista saja kasta ku di mata mereka, bahkan di matamu.

Kepada siapa aku harus bicara? Jika lawan bicaraku saja sudah tidak mengerti bahasaku. Hei, aku masih makhluk bumi, aku masih berbicara dengan bahasa manusia, tidak ada kah yang bisa mengerti tentang aku? Seseorang yang aku percaya mampu menjadikanku baik.

Adalah benar jika aku memang tidak benar-benar diinginkan. Mungkin aku memang bukan orang baik, sampai kapan pun tetap menjadi orang yang tidak baik.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Itu Bukan Urusanku

Sungguh itu bukan urusanku.
Aku katakan kepadamu. Hidupmu, bahagiamu, kegiatanmu, bahkan perasaanmu. Itu bukan urusanku.

Sungguh itu bukan urusanku.
Aku perjelas kepadamu. Air matamu, senyum khasmu, tawa bahagiamu, gurat bingung di dahimu. Itu semua bukan urusanku.

Sungguh itu bukan urusanku.
Aku tegaskan kepadamu. Kemanapun kamu akan pergi, bersama siapapun, melakukan hal apapun, dan berapa lama pun. Itu juga bukan urusanku.

Aku beritahu satu hal kepadamu.
Aku pernah ada di hatimu. Kamu terekam jelas di hatiku, dan aku mencintaimu dengan sangat. Kemudian aku mengkhianatimu dengan jahat dan biadab.
Itulah yang menjadi urusanku.

Sungguh itu yang menjadi urusanku.
Aku isyaratkan kepadamu dari ujung jarak yang teramat jauh. Itulah yang menjadi urusanku. Yang tidak pernah bisa aku selesaikan.