Pages

Rabu, 24 Desember 2014

Waktu yang Berbeda

Aku seperti sang malam yang temaram
Berteman dengan jutaan bintang
Ada waktu di mana akan menemukan
kenyamanan; hadirnya sang purnama

Kamu seperti siang yang benderang
Berkawan dengan desiran angin
Ada waktu di mana akan menemukan
keceriaan; hadirnya sang mentari

Aku dan kamu kamu bertemu dalam waktu yang singkat
Aku dan kamu berasal dari waktu yang berbeda; tak saling sapa, tak saling jamah
Kita dipertemukan pada satu waktu di puncak rindu; senja saga
Berpisah dan memulai rindu kembali pada satu pertemuan; fajar merona

Jumat, 19 Desember 2014

Selalu Gagal Untuk Tak Jatuh Berkali-kali Pada Cintamu

Rasa apa ini? Terlalu aneh pada indera
Di luar kendali pikiran
Jika disebut bencana, kenapa bagaikan candu?

Sakit menyerang; ada rasa yang terhalang, ada rindu yang terlalu, ada cinta yang menggebu.

Seolah tak berarti, tak dirasa.
Ternyata terbiasa pada kesakitan; terselip nyaman, berbalut hangat, ditemani tentram.

Hal gila dan terbodoh
Mencoba berlari sejauhnya; menghalau aroma, menepis bayang, menyangkal rasa, membunuh rindu, mengubur cinta

Pada akhir langkah
Selalu gagal untuk tak jatuh berkali-kali pada cintamu.

Senin, 15 Desember 2014

Untuk Kamu

Untuk kamu yang kucintai dalam diam...
Mungkin kediamanku membuatmu tak merasa bahwa aku mencintaimu, mungkin kamu abaikan rasaku. Percayalah disetiap waktuku terselip doa untukmu, untuk hidup dan bahagiamu. Yakinlah bahwa bisikan dalam hatimu yang melafadzkan namaku adalah benar. Aku mencintaimu.

Untuk kamu yang kucintai dari jauh..
Ratusan bahkan ribuan kilometer yang memisahkan kita, bahkan mungkin aku dan kamu tidak saling tau keberadaan masing-masing, tapi aku selalu percaya bahwa kelak terminal itu akan mempertemukan kita kembali. Aku tak berharap kamu datang dengan sekuntum mawar merah, aku hanya berdoa kelak bisa melihatmu lagi tersenyum sambil berkata "aku pulang, doamu menuntunku kembali kepadamu"

Kelak, saat kamu lelah dan hampir menyerah, buka kembali memori lama tentang kita, di mana kita bangun satu persatu pondasi harapan dan cita-cita kita. Ada aku di sini yang menunggumu pulang dengan harapan besar, ada secangkir kopi hangat menunggu untuk kamu seruput. Lelahmu akan terbayar, bangkitlah. Ingat aku, perjuangkan aku dan cita-citamu.

Mungkin sekarang aku dan kamu berada pada titik yang paling bawah dari roda hidup yang berputar. Jangan menyerah, terus berdiri dan tegar, arungi roda itu sampai kita kembali dipuncak. Abaikan suara-suara yang selalu merendahkan kita, mereka tidak berhak menghentikan langkah juang kita. Kamu pernah bilang kepadaku hadapi semuanya dengan senyuman, Tuhan maha baik jangan berputus asa pada belas kasihNya. Itu yang membuatku kuat dan bertahan di sini.

Untuk kamu yang kusayangi, jika nanti aku tak mampu untuk menunggu lagi, ingatkan aku bahwa kamu masih menyimpan jutaan rindu yang teramat untukku, berikan itu satu persatu setiap kali aku mulai lelah, biarkan ia menjadi penyemangat hari-hariku tanpa hadirmu di sini. Tegaskan padaku bahwa ada kamu yang selalu berjuang untukku, untuk cita-cita harapan kita yang telah kita goreskan pada batu kehidupan.

Untuk kamu yang sekarang aku tidak tau di mana keberadaannya, aku harap kamu masih mengingat tiap detail jalan pulang, jalan setapak yang kamu lewati demi kita. Keputusanku untuk tinggal dan keputusanmu untuk pergi adalah takdirNya, jadikan itu penguatmu untuk terus berdiri dan berlari. Berkarya di hadapan mereka, agar kelak mereka tau bahwa kamu bersungguh-sungguh dalam ikhtiarmu menggapaiku.

Aku di sini berusaha menjalani kerasnya hidup dengan semangat dan kesungguhan, aku meyakini bahwa Tuhanku terus bersamaku, menjagaku sampai nanti kamu kembali menemaniku di sini, saat Dia percaya bahwa kamu bisa menjaga dan mencintaiku sampai nanti hidup kembali di taman firdausNya.

Untuk kamu yang selalu tersiksa dalam merinduku, pegang erat keyakinanmu bahwa apa yang ditakdirkan untukmu akan menjadi milikmu walau seberat apapun halangan dan rintangan untuk mendapatkannya, itu pasti hanya untukmu. Bukankah keimanan pun adalah keyakinan? Jangan pernah kamu berpikir untuk berhenti, karena semua pasti usai ketika kamu berpikir untuk "menyerah"

Jika waktu itu telah tiba, segerelah kembali. Bawa semua bekalmu, kedewasaanmu dan rasa rindumu. Untukmu, telah aku siapkan sebuah istana yang singgasananya terbuat dari kepingan rindu bermahkotakan cinta dan beralaskan kasih sayang. Telah aku siapkan secawan air bening mewakili kesetianku menunggumu. Semoga menawarkan dahagamu setelah lelah melewati jalanan panjang yang tak bersahabat. Lihat mataku, ada binar bahagia di sana, tatapan hangat penuh harap agar kamu tau bahwa aku menunggumu dalam sepi, mendoakanmu dalam rindu, dan mendekapmu dalam hangat kesetiaan yang aku pu

Untuk kamu yang kucintai dalam diam, temui aku di akhir sujudmu, katakan padaNya bahwa kamu merindukanku, mintalah tuntunannya agar jalanmu menujuku semakin dekat. Aku menitipkan semua rinduku untukmu melalui belas kasihNya. Aku mencintaimu atas izin hati ciptaanNya.

Aku yang mencintaimu dalam diam

Rabu, 03 Desember 2014

Pesta Telah Usai

Karena sesungguhnya aku bersembunyi di balik semboyan "bersama selamanya"
Semboyan bagi hati-hati yang beragam untuk berikrar menjadi satu dalam suka dan duka...

Karena sesungguhnya aku berusaha membohongi kenyataan bahwa kebersamaan yang indah itu sekarang kian memudar...

Mungkin memang benar kita hanya bertemu dan larut dalam kemegahan pesta para bangsawan. Ingat, tidak ada pesta yang tak usai...

Aku berjalan sendiri menyusuri dinginnya malam, tepat pada saat gemerlap lampu pesta dimatikan. Seketika sepi, tak ada seorangpun yang kulihat di pesta itu berjalan beriringan denganku.

Jika ini hanya mimpi, ini adalah mimpi terindah yang aku alami.
Jika ini kenyataan, ini kenyataan yang paling menyedihkan bagìku.

Keramaian hanya mimpi, kenyataannya adalah sendiri dan sepi

Aku merindu...