by klmig.com |
Entahlah apakah aku masih bisa jatuh cinta lagi? Apakah aku masih pantas jatuh cinta? Atau masih adakah cinta yang sudi singgah di hati ini? Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Walau otak dan hatiku bersirnegi mencerna kata-kata itu, bagai menguntai pilinan RNA dan DNA. Sangat sulit membuka mulut untuk melontarkan kata "pernah" atau "tidak".
"Kok nanya nya gitu??"
"Hanya penasaran aja, kamu bisa jatuh cinta atau nggak?"
"Menurut kamu??"
"Pernah, bahkan terlalu dalam kamu jatuhnya"
Lagi dan lagi kata-katanya menohok terlalu dalam, hingga membuat aku tersedak.
by narotama.ac.id |
Kakiku melangkah ke sana tanpa perlu diperintah oleh otak sadarku.
"Eh mba Kiran, pulang kuliah mba??" tanya mas Ucup penjual es kelapa muda langgananku
"Iya mas, baru pulang ini, es nya satu mas"
"Pakai gula aren, batu es nya yang banyak, gitu kan mba??"
"Yohaa mas, kayak biasa deh pokoknya" aku meletakkan tas ranselku dan beberapa buku refrensi dari perpustakaan. Beberapa saat kemudian pesananku datang
"Ini mba es nya"
"Terimakasih mas Ucup"
"lama lho mba Kiran nggak maen ke sini, sibuk skripsian ya mba??" tanya mas Ucup
"Iya mas lagi skripsian, lagian udah nggak ada ojek lagi"
mas Ucup terdiam, raut wajahnya berubah menjadi murung.
"Sabar yo mba" hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut mas Ucup
aku hanya mengangguk pelan, dengan senyuman -entahlah-itu-senyuman atau -ketegaran-yang-dipaksakan, atau mungkin trik terjitu untuk menahan laju bulir bening yang sedari tadi membendung di sudut mataku.
by klmig.com |
"Kamu pernah jatuh cinta??"
"Pernah, bahkan terlalu dalam kamu jatuhnya"
Kalimat yang simple, tapi membekas dari semua percakapan yang kami lakukan. Siapa dia? Kenapa dia seperti tau semua tentang aku? Padahal aku tidak pernah berjumpa atau kenal dengan dia sebelumnya. Aku hanya melihat dia di pojokan ruang baca perpustakaan. Tak pernah aku melihat dia absen dari sana. Apakah dia selalu di sana? Atau mungkin hanya kebetulan saja aku melihatnya di sana tiap kali aku ke sana? Makhluk sok tau, yang sok tau semua tentang aku.
"Mba Kiran mau makan batagor nggak, biar saya pesenin ke sebelah?" pertanyaan mas Ucup membuyarkan ingatanku tentang Reader Misterius. Iya aku menyebutnya Reader Misterius. Si pembaca misterius di perpustakaan.
"Oh iya mas, boleh, terimakasih lho ini mas, jadi ngerepotin gini saya nya"
"Ndak apa apa lho mba, kayak sama siapa saja mba Kiran ini"
beep..beep
1 message received
"Ran, paket lo udah nyampe, ada di kamar gue, kunci d tempat biasa ya, gue mau jalan dulu, baliknya agak malem"
"Paket apa Ca? kayaknya gue nggak beli apa-apa? anyway, thanks ya, lo ati2 di jalan!!"
"Ini mba Kiran batagornya"
aku memandang semangkok batagor yang disodorkan mas Ucup. Batagor Kuah. Batagor kesukaan dia. Batagor kuah pedas.
"Lah kenapa mba??" mungkin mas Ucup melihat aku melamun memandang batagor kuah itu.
"Saya salah pesan yo mba?? maaf mba saya bingung, yang kesukaan mba Kiran itu batagor kuah atau kering, biasanya kan pesan dua-duanya, maaf lho mba" mas Ucup terlihat menyesal.
"Ini kesukaan dia mas" kali ini aku tak bisa lagi menahan butiran bening, aku biarkan ia mengalir begitu saja tanpa berniat menahannya. Aku hanya tertunduk.
"Aduh mba Kiran, maafkan saya lho mba" mas Ucup menyodorkan tissue ke arah ku.
"Nggak apa apa mas" aku mengambil tissue dan mengusapnya dengan cepat ke pipi ku. Entah apa yang ada dipikiran mas Ucup. Aku tidak menyalahkannya, aku saja yang terlalu mendramatisir keadaan. Oh bukan, tepatnya aku masih-terlalu-mengingatnya.
"Kepergian dia begitu cepat mas, bahkan sangat cepat, sampai saya nggak sadar kalau dia itu udah nggak ada mas" tangisku pecah dengan sukses. Aku lihat mas Ucup hanya menunduk, matanya pun berkaca-kaca.
"Iya mba, aku juga nggak menyangka bakal secepat itu, aku kenal beliau dari awal beliau kuliah di sini, orangnya baik, suka ikutan membantu saya mengantarkan pesanan pelanggan kalau lagi rame, walaupun warung ini kecil, tapi alhamdulillah lumayan rame, kok ya masih ada orang yang seperti dia, walaupun mahasiswa berpendidikan, mau lho bergaul dan membantu saya yang cuma penjual es kelapa muda"
"Dia yang pertama kali mengajak saya ke sini mas, sampai tempat ini jadi tempat wajib yang kami kunjungi setiap hari" aku tersenyum getir mengingatnya.
"Iya, mba cewek pertama dan satu-satunya yang dibawa beliau ke sini"
"Dan sekarang, saya ke sini sendirian" aku tertawa masam sambil menyeka sisa-sisa air mata
Setahun yang lalu, tepat di depan warung ini. Pada hari yang cerah, pada hari yang sangat ditunggu oleh nya, oleh ku dan oleh keluarganya. Aku masih melihat senyum bahagia dan bangga dari bibirnya, walau dari kejauhan, aku yakin senyum itu akan nyata ku lihat sesampainya dia di hadapanku. senyum bahagia pada hari kelulusannya. Akan tetapi pada hari itu aku harus menyaksikan dia.Dia yang selama ini menemani hari-hariku. Dia yang selama ini menjadi penghuni tetap di hatiku. Dia yang selama ini menjadi penyemangatku. Dia yang selama ini selalu tersenyum kepadaku. Dia seseorang yang telah membuatku jatuh, jatuh terlalu dalam pada cintanya. Iya. Aku harus menyaksikan dia bersimbah darah, meregang nyawa dalam balutan jubah kelulusannya, melihatnya pergi meninggalkanku dengan cara yang amat menyiksa mata dan hatiku, sampai rasa sakitnya hampir mematikanku saat itu juga. Bagaikan mimpi buruk yang sangat buruk, aku ingin segera terbangun dari mimpi itu. Ingin rasanya aku bakar mobil itu, mobil yang menghantam sepeda motornya, membuatnya terpental, membuatnya berdarah dan tak berdaya. Ingin rasanya aku melakukan hal yang sama kepada pengendara mobil itu yang telah membuat dia pergi untuk selamanya dari hidupku, yang telah merebut dia dengan sadis dari sisiku.
Tepat setahun yang lalu, di depan warung ini.
Kali ini aku bisa menjawab pertanyaan Reader Misterius itu.
"Iya, aku pernah jatuh cinta, aku bahkan jatuh terlalu dalam pada cintanya, sampai aku tak sadar bahwa kematian telah merenggutnya dari hidupku, dia pergi sebelum dia tau betapa aku sangat mencintainya. Aku sangat mencintainya. Riyan"
"Hai... boleh duduk di sini?" seseorang menyapaku dan duduk tepat di seberang mejaku
"Kamu??"
by renungandakwahislam.blogspot.com |