Pages

Rabu, 22 Oktober 2014

Permohonan


Serpihan rindu yang terserak tak sempat bersatu
Pilinan rasa yang terikat kuat terurai oleh kenyataan
Air bening melesat sejauh mata memandang
bermuara ke samudera derita

Di ujung sana, dua tangan menengadah
meminta hujan turun dengan deras
Di sini, ada hati yang terbakar api dari neraka dunia
tinggal puing-puing menyedihkan

Sungguh, tak bisakah kau tengok aku?
Aku tak sanggup seperti ini, sangat sakit
Sungguh, tak bisakah kau tawarkan racun ini?
Aku tak sanggup menelannya, mematikan

Kau yang kusebut cinta, tetaplah di sini; di hati yang terdalam
Kau yang kusebut rindu, dekap erat aku; lindungi tubuh ringkih ini
Kau yang kusebut keajaiban, menjelmalah; himpunlah cinta ini,
satukan serpihan rindu ini, kunci keduanya di dalam hati.

Kamis, 16 Oktober 2014

Karakter Tokoh di Aisyah Putri


Well, Oke. Tadi pagi pas lagi ngebabu cantik ga sengaja melongok ke tipi, channel rcti. Ntar bakal ada serial tipi yang wajib ditonton sama anak muda. Diangkat dari novel kecenya bunda Asma Nadia (pada tau donk, klo ga tau pingsan aja deh) yang gue baca pas jaman esempe dulu, kekira 9 taun yang lewat dah. Ada yang masih inget "Aisyah Putri" bungsu cantik dari 5 bersaudara dengan 4 abang yang aneh-aneh, Bang Vincent, Bang Idwar, Bang Hamka dan Bang Harap, sama mama tersayang yangg mendampingi, serta pengawasan papa di syurga (gue mulai napsu nulis lagi dah).

Yeaaappp, Aisyah Putri bakal nongol jadi the series, gue rasa anak-anak ABG beralihlah nonton ini daripada GGS mulu, lama2 jadi nyamuk ntar ngisep-ngisep darah.


Klo novel yg gue baca (Novelnya almh.Uni Dona, kakaknya YuRi Andriani Binti Yudelmi yg gue pinjem sampe beminggu2 dulu) itu sii isinya remaja bingit, kece, inspiratif, dan edukatif. Top deh, klo kalian mau bacanya, mungkin harus beli di toko buku bekas, karena ga ada lg yg baru, terakhir sii gue dapet bukunya yg judulnya "Jadian, Boleh Dong?" itu juga pas awal-awal kuliah. Dijamin ga nyesel deh bacanya, mengisnpirasi juga buat remaja yang baru mau pake jilbab atau yang bru pke jilbab... (salah satu faktor pendukung gue buat bejilbab pas SMA), sedikit banyak semoga membantu pembentukan karakter, attitude dan etika pergaulan remaja sekarang dah.


Ga sabar nunggu serialnya, moga ga melenceng jauh dari novelnya, ga lebay dan ga mengecewakan ‪#‎dutanovel‬ mode on


Kenapa gue bilang ini novel inspiratif banget buat remaja? karena emang ceritanya tentang kehidupan remaja banget, anak-anak SMA lah tepatnya. tentang persahabatan udah pasti, tenatang keluarga udah tentu, konflik ABG juga ada, hmmm kisah cinta juga ada sepertinya. hahaha

Yuk aaah berikut gue kenalin tokoh-tokohnya. semua berawal dari.....
  • Potret Keluarga Kemuning No. 1
Di Jalan Kemuning No. 1 tinggal Mama yang keibuan, bersama lima anak yatim. tapi jangan kebawa sedih-sedih dulu, soalnya lima anak yatim yang ini girang-girang banget, dan jauuuuhhhh deh dari kesan duka lara.

  • Ada Vincent atau yang biasa dipanggil Vince, anak kedokteran yang susah makan, dan kutu buku banget. kalau aja boleh, doi milih ber-Ramadhan-an tiap bulan, saking malasnya makan. nah meski paling serius tapi Vince paling jangkung dan putih dibanding adik-adiknya yang lain. mungkin karena doi anak pertama, jadi wajar kalau paling terang. produk perdana, hahahaha.
          Ini dia sii Bang Vince
 

  • Terus abang kedua punya nama Harap. Nama panjangnya Haraaaaaaaapaaan, hahaha. Tapi terbukti di kemudian hari akhirnya Harap memang bener-bener menjadi harapan hati Miss Encun Campbell, tetangganya yang blasteran Black American sama Jatinangor (Pokoknya Jawa Barat deh!). Harap suka banget ngumpulin aksesoris, dari logam, sampai akar-akaran. doi anak IKJ jurusan teater. Kata orang-orang biar gundul tapi Harap keren, malah banyak yang bilang doi mirip Ozy Syahputra. Terutama kalau dilihat dari atas #ehh yaieyaaalaaahhh...
          Ini nih penampakan Bang Harap

  • Abang ketiganya punya nama Hamka. Nah dia kebalikannya sii Harap. Rambutnya malah subur banget, dan dibiarin agak gondrong, sebagai kompensasi ketiadaan rambut abang kedua. biar kalau diakumulasi jumlah rambut di Kemuning No. 1 tetep banyak (Apa coba??!!). hamka doyan naek gunung, macho, terus bisa dibilang paling sering kesetrum, karena hobinya sama hal-hal berbau listrik! Hamka juga paling alim. Ada yang bilang ikhwan, yang lain manggil dia tekwan, atau bakwan... hahaha (itu mah makanan kesukaan gue). Hamka masih kuliah di IPB, dan paling sering ga punya uang sebab sering habis untuk fotokopi dan transpor pp.
          Ini dia sii abang Hamka

  • Yang keempat namanya Idwar, panggilannya Bang Iid punya punya penampilan kerendan resik. Juga kelihatan paling sedap baunya. yang terakhir konon karena dia pake bumbu penyedap! wkwkwkwk. Nah, Iid paling seneng masak dan bikin kue di dapur. Rasanya pun ..... ajiiibbb gileee. Tapi jangan sekali-sekali meragukan kemachoan abang keempat ini, soalnya biar tukang masak, tapi doi juga karateka sabuk hitam. Dibanding saudara-saudaranya yang lain, pasaran Iid paling tinggi. Mungkin karena cewek-cewek sekarang udah ga jamannya lagi dari mata turun ke hati, melainkan dari mata langsung bablas ke perut! hahahaha

          Ini dia abang Idwar

  • Aisyah Putri adalah bungsu dari lima bersaudara itu. Anaknya oke banget. Supel, terus paling peduli sama temen-temennya. Baik mereka lagi ga ada punya duit, apa lagi kalau lagi punya! biar matanya sipit, tapi Puput, begitu panggilannya, paling jeli melihat perubahan yang  terjadi, ya di temaen-temen atau di rumahnya sendiri. Bahagia rasanya punya empat abang. Kadang-kadang terasa kebanyakan (terutama kalau empat abangnya udah pada ngumpul dan berisik), tapi mau dibuang gimana ya, sayang juga, hahahaha. Prestasi akademik biasa-biasa aja, pun penampilannya, juga ga modis-modis amat. Tapi ternyata Puput sempet bikin Don Juan SMU Noceng kelepek-kelepek, dan buat puisi khusus buat dia. Serius!
          Ini dia sii cantik Aisyah Putri
  • Ada sii Mama. Ini kepala keluarga di Kemuning No. 1. Mama mewakili sosok ibu yang amat sangat penyabar, dan penuh perhatian. Kadang mama melakukan kesalahan juga. Apa sih salahnya mama? Apa karena ngelahirin Harap? hahahha, ga lah ya... Sebab buat mama, anak-anak bukan kesalahan. Dan lima permata hatinya adalah hadiah terbaik dari Tuhan yang pernah dia dapatkan. Terus papa? Ya.. Papa juga donk!!!
Well cukup keluarga Kemuning No. 1 dulu yang gue kasih tau, ntar temen-temen sii Putri gue ceritain di posting berikutnya. Gue mau mandi dulu yak, biasa ntar mau ngejer setoran lagi, namanya juga abdi ummat #tsaaahhh. Yang jelas kalau emang mau tau lebih banyak tentang Aisyah Putri, bisa deh dibeli Novel-novelnya. Hehehe

Semoga terhibur...



Selasa, 14 Oktober 2014

Esensi Hati yang Terluka...


Berada pada situasi yang nampaknya sudah tidak aman lagi. Bahkan untuk sedikit menoleh dan mengedipkan mata pun tak kuasa. Hanya turun naik rongga dada saja sebagai efek dari bernapas yang masih bisa bebas bergerak. Mungkin ini adalah pengandaian yang berlebihan, namun sebenarnya tidak berlebihan sama sekali. Keadaan yang sebenarnya jauh lebih mengerikan dari pengandaian ini. Kondisi nyata lebih mempersempit ruang gerak, karena ini berhubungan dengan kebebasan hati. Terlalu klasik jika berbicara tentang hati? Tidak juga, siapa pun manusia di muka bumi ini tidak bisa menafikkan keberadaan hati sebagai pusat koordinasi keseluruhan raga. Pengatur etika, attitude dan estetika. Hati yang menggerakkan perbuatan yang baik atau buruk. Hati yang mempunyai kendali atas amarah, benci, kasih sayang dan cinta. Menggenngam dan melepas penat, penyimpan rahasia nomor satu di dunia. Hati adalah organ paling jujur sejagat raya, hanya hati yang tak  pernah berdusta, walaupun terkadang ia tidak bisa berkata-kata, sejujurnya ia meronta ketika kata-katanya di sampaikan dengan tidak benar oleh lisan yang lancang. Itulah hati.

Sekarang yang menjadi sumber masalahnya adalah ketika hati berbicara tentang kejujuran yang ia punya, tentang rahasia yang ia pendam atas permintaan manusia, namun setelah diungkapkan kebenarannya ternyata hanya tekanan dan caci maki yang ia dapat, tidak kah itu terlalu jahat untuknya? Apakah semahal itu harga yang harus ia bayar atas kejujuran dan rahasia yang ia miliki? Lagi-lagi ia mungkin bisa bersabar menerima itu, mungkin ia akan tetap membayar mahalnya kejujuran yang ia ungkapkan. Tapi apakah sudah lunas dan tuntas perkara yang dialami sang hati? Seharusnya sudah, seharusnya ia sudah bebas dan menghirup aroma baru yang segar, mengumpulkan kembali puing-puing rahasia yang bertebaran di alam yang akan disusunnya kembali sebagai setumpuk rahasia indah yang akan ia pendam kembali untuk dirinya sendiri. Iya, seharusnya demikian, tapi kenyataan tidak demikian. Ia dituntut untuk berbohong di depan khalayak ramai demi eksistensi kaum mayoritas agar tetap terjaga imagenya. Setelah ia mengungkap kebenaran dan fakta yang didesak oleh manusia, ia dituntut untuk berbohong, menyembunyikan dan memendam kembali kebenaran itu sedalm-dalamnya, karena apa yang diungkapkannya akan merugikan kaum mayoritas. Hal ini sukses membuat hati bertanya-tanya tentang keberadaannya bagi mereka, apakah hanya sebagai alat pelampiasan amarah yang bisa diperlakukan seenaknya? Dituntut sangsi berat atas kejujurannya yang menyakitkan? Dipaksa berbohong lagi demi nama baik? Oh, sungguh sudah mati kebebasan itu. Kebebasan mengungkapkan kebenaran. Ternyata kehidupan nyata lebih keras dan kejam dibandingkan kehidupan dunia politik.

Akhirnya sang hati harus kembali merajut benang-benang untuk menjahit sendiri sobekan-sobekan luka yang tak beraturan di tubuhnya, menjahitnya agar kembali tertutup walaupun tidak bisa utuh dan mulus seperti biasanya. Akan ada cacat di sana-sini akibat kurang sempurnanya jahitan luka, atau mungkin karena lukanya terlalu lebar dan dalam. Entahlah, yang jelas luka itu akan membekas walaupun hanya segaris. Hati sudah tidak peduli lagi tentang nasibnya nanti akan seperti apa, yang jelas ia akan terus hidup demi jiwa yang menaungi keberadaannya yang tepat berada di rongga perut sebelah kanan di bawah diafragma manusia. Terlalu sayang ia kepada manusia yang menaunginya, ia akan kembali melaksanakan rutinitasnya sebagai penyimpan rahasia ulung di seluruh jagat, dan pemegang kejujuran paling jujur di dunia. Ia akan terus berusaha menghibur sang pemiliknya agar tetap bangkit walaupun sangat sulit, sangat berat. Hati selalu meminta kepada Zat yang telah menciptakannya, yang telah menitipkannya pada raga manusia agar tetap tegar sampai nanti saat ia sudah harus berhenti melaksanakan tugasnya, sampai tempat yang menaunginya sudah tidak bernyawa lagi, maka penderitaan dan tugasnya pun akan berakhir.

Jumat, 10 Oktober 2014

Adegan Romantis di Pagi Hari

Embun di pagi hari itu hanya sementara. Sementara untuk menyejukkan pagi, tak akan lama, ia pun akan segera menghilang seiring munculnya sang mentari dari balik peraduannya. Perlahan embun menguap dan menghilang, tidak jarang pula ada yang jatuh ke tanah karena dahan yang rapuh atau mungkin tepian daun yang tak sanggup menahannya. Daun yang selalu disinggahi embun tak kuasa menahannya untuk tidak pergi. Hanya berharap besok masih bisa disinggahi embun sang penyejuk.

Menakjubkan. Hanya satu kata itu yang dapat aku ucapkan melihat adegan itu setiap pagi. Aku bukan orang yang romantis atau puitis, tetapi merasa romantis melihat adegan ini. Ada janji tersirat yang tak terucap di antara daun dan embun. Janji untuk setia menanti dan janji untuk segera kembali. Janji memegang teguh kesetian selama bumi berotasi, selama siang memanjang dan malam memayungi, hingga kembali bertemu di pagi hari. Romantis sekali, pertemuan sekejap secara sembunyi-sembunyi dari sang mentari, bertegur sapa sesaat, bergurau sambil berpadu menyejukkan pagi. Berbisik dengan bahasa yang tidak bisa diterjemahkan oleh kamus atau mesin penterjemah manapun, bahasa isyarat yang disampaikan oleh bisikan angin. Di penghujung pisah, janji itu terikrar kembali, meskipun dalam sunyi, tanpa terucap hanya tersirat, tapi tak ada yang berkhianat.

Lamunanku melayang jauh ke masa lalu, melewati jutaan detik yang telah berlalu, menyinggahi hari-hari penuh tawa dan air mata, mengulang lukisan senyuman-senyuman pembangkit semangat. Ini semacam berlayar mengarungi berbagai fase di masa itu, dan berlabuh di sana, di tempat aku dan kamu. Di tempat titik temu pandanganku dan pandanganmu.

Aneh, semestinya aku bisa seperti daun yang bisa ikhlas melepas sang embun pergi karena keberadaannya hanya sementara. Harusnya aku bisa seperti daun, yang bisa sabar menanti sang embun di esok hari, menantinya menepati janji untuk datang kembali atas nama kesejukkan. Harusnya aku bisa seperti daun, yang tidak pernah marah ketika terik mentari pagi merenggut sang embun darinya, atau sepoi angin yang menggoyangkan dahan sehingga embun meleset dan jatuh ke tanah. Harusnya aku bisa seperti daun, yang tetap tegar, bahkan bisa tetap berfotosintesis demi bagian tubuh yang lain, demi organisme yang lainnya. Harusnya aku bisa seperti daun.

Ahhh, aku ternyata tidak setegar helaian daun. Aku terlalu lemah dan cengeng. Aku menagis pilu ketika dia perlahan pergi. Aku terlalu egois karena menyalahkan keadaan atas kepergiannya. Aku terpuruk tak berdaya di sudut ruang hampa, tanpa celah, tanpa pintu dan jendela, gelap dan hanya ditemani sinar redup dari mata yang mulai membengkak akibat deraian air mata. Aku tak berbentuk saat dia pergi.

Aku kalah dengan helaian daun, walaupun sejatinya aku lebih sempurna darinya. Sempurna karena aku memiliki hati yang penuh dengan cinta. Cinta yang luar biasa untuk dia.

Daun kalah denganku pada perkara rindu, karena aku banyak menyimpan potongan-potongan rindu untuk dia yang akan aku berikan padanya saat aku menjumpainya, tepat saat aku menatap matanya. Untuk urusan sayang, sekali lagi aku menang dari helaian daun, karena rasa sayangku kepadanya melebihi sayangnya daun kepada sang embun. Seperti sayangnya mentari kepada semua makhluk bumi. Walaupun kadang terik neraka menyengat, namun ada kalanya menghangatkan. Iya, hanya menghangatkan dan tidak membakar. Menghangatkan hati-hati yang dingin tanpa cinta.

Senin, 06 Oktober 2014

Aku, Bu Jum, dan Perut yang Berantakan


Well, hari ini tuh hari yang apa banget jilid dua dalam sejarah hidup gue #etdah

Seperti biasa, gue, Nia. Seorang manusia yang ditakdirkan terlahir sebagai seorang perempuan yang  secantik putri khayangan, beranjak menjadi balita yang lucu dan menggemaskan, terus tumbuh menjadi anak yang ceria dan pintar (tsaaaah), tahun demi tahun tumbuh menjadi remaja dengan kealayan khas anak SMP pada umumnya dan gue pada khusunya, beranjak pake putih abu-abu dengan kerudung compang camping, sekarang menjadi eks mahasiswi yang merasa dirinya masih muda dengan tingkat kemalasan yang kembali pada keadaan SD (seperti-mencuci-kaos-kaki-ketika-stok-sudah-habis-karena-ga-dicuci-seminggu). Ya begitulah keadaannya, yang lebih ga banget lagi adalah gue itu orang yang perfeksionis aslinya, melakukan apapun dengan niat yang suci meskipun realisasinya itu besoknya, lusa, minggu depan atau mungkin H-1 deadline. Itu lah gue. Dengan tingkat keyakinan 99,9 % untuk hasil yang perfect. Mimpi gue indah banget!!! #maboookk.

Hari ini gue mesti nyelesain modul yang gue bikin. Tercatat di deadlist gue sih dari bulan kemaren. Cuman ya itu tadi, kenapa mesti ada kosa kata “nanti lah, tanggung, masih lama juga, ah gampang”. Jujur gue paling ga demen sama statement-statement perusak macam itu, tapi apa daya, gue menikmatinya. Sama kaya gue cinta sama lo, udah tau lo itu kesalahan, tapi masih aja gue cinta sama lo, yang begini gue sebut kesalahan terindah #ehh #abaikan

Walhasil, gue mesti stripping ngejer setoran. Selain emang tuntutan, ga munafik juga kalo gue emang ngejer honornya... hahahaha, kali ini gue matre dah. ^^

Kisah ini sebenernya bermula dari tamu bulanan gue yang mulai betingkah. Secara umum, seperti yang kita tau, yang namanya tamu itu yah kudu tau diri lah ya. Betamu ga usah lama-lama dan jangan juga buru-buru pulang, mana tau yang punya rumah lagi nyiapin makanan atau minuman yang menggiurkan. Hmmm selayaknya tamu aja lah ya. Tapi tamu gue kali ini beda. Gue emang terkenal agak sensitif dengan yang namanya siklus bulanan istimewa bagi wanita ini. (emang terkenal di mana? #abaikan). Boleh dibilang, mens gue aneh, sama kaya gue, aneh! Kenapa gitu? Karena mens gue ga kaya wanita pada umumnya. Beberapa bulan ini gue mens secepet kilat, men! Kaya mimpi. Hari ini mens, besok udah sholat lagi! Kalo ibarat monopoli, ini yang namanya penjara hanya lewat. Gue agak kasian sama penjual pembalut, kan berkurang satu consumernya.#ehh  Meningkat sedikit paling lama gue mens 3 hari. Gue ga ambil pusing sih, menurut gue ga apa-apa kali ya, lebih cepat lebih baik. Lebih cepet juga gue sholat. Untuk yang kali ini, ini adalah mens gue yang heboh-hebohan. Terhitung dari 15 September kemaren gue mulai ga sholat, dan sampe sekarang gue masih ga sholat (itung aja sendiri berapa lamanya). Hal ini membuat nyokap gue parno. Tau ga apa yang dikomen nyokap ke gue? Gini nih..
Mama    : eh kamu lama banget halangannya? Jangan, jangan..
Gue        : kenapa mah?
Mama    : kamu jangan tinggalin dzikir ya, kalau mau keluar rumah baca doa, masuk WC juga baca doa.
Gue       : lah iya mah, ga pernah tinggal, emang kenapa sih, mah? Kok jadi parno gini, biasa lah mah itu pengaruh hormon, wajar aja.
Mama    : ini ga wajar lho, kamu harus berobat!
Gue       : *curiga* *mikir* (agaknya gue mau dirukiyah)

Oke lah, berhubung hari Minggu kemaren lebaran, ga bakal ada dokter praktek yang buka. Lebih-lebih dokter langganan (Woelaaahh langganan, lu kate tukang sayur???) jadi gue yakin hari ini mungkin gue bakal diboyong ke dokter, atau mungkin ke tempat rukiyah. Hhehehe. Berhubung sekolah tempat gue ngajar masih libur, seperti biasa gue masih leyeh-leyeh belom mandi sambil ngerjain deadlist gue. Nyokap ternyata pulang cepet dari sekolahnya, gue rasa karena masih suasana lebaran, mungkin guru-gurunya masih mau nyate. Ga lama nyokap balik, gue denger ada suara motor masuk ke halaman rumah gue, yah mungkin temen mamah kali ya. Kalau temen gue ga mungkin, karena kalau mau pada dateng pasti udah bikin janji dulu sama gue (berasa artis). Ternyata bener dugaan gue, gue sii denger ada yang ngobrol-ngobrol gitu di ruang tengah. Ga lama dari itu nyokap manggil gue, gue pun keluar kamar dengan kekucelan khas babuk panggilan. Iya, gue kalau di rumah lagi libur, penampilan gue ga jauh beda sama upik abu. Kucel, jelek dan dekil, persis kaya upik abu, siapa sangaka kalau malem sebelum jam 12 gue kecenya kaya cinderella bersendal jepit. Hahaha. Gue pun keluar kamar, dan ternyata tamu nyokap gue adalah Bu Jum. Tukang urut baru langganan emak gue yang dateng seminggu yang lalu. Bu Jum sukses menggeser kedudukan mbah selawe yang udah lama jadi tukang urut langganan rumah gue. Gue nyengir, sambil mikir (ni Bu Jum mau ngurut sape lagi dah, pan emak udah minggu lalu). Nyokap tanpa basa basi langsung nyuruh gue ganti kostum ala-ala orang jaman dulu *skip bagian ini*

Well... ternyata gue yang bakal diurut. Is there something wrong with my self? Ga jauh-jauh ya gegara halangan gue yang zupperrr lama dah. Gue pun masuk ke kamar depan, gue berasa mau masuk kamar operasi. Deg-degkan dengan sukses, dengan modal muka memble gue baca segala-gala surat pendek yang gue apal dari juz 30. Bayangan Bu Jum menggerayangi badan gue mulai nampak nyata. Issshhhh...

Kejadian kejadian absurd mulai bermunculan. Bu Jum baru mulai pegang kaki gue, dan gue udah mulai ketawa-ketawa. Bu Jum kaget “Lah, kok malah ketawa? Kan belom diapa-apain?” gue tambah kenceng ketawanya. “Ibu, kalau Ibu mau tau, saya ini ga pernah diurut, terakhir diurut tuh kelas dua SMA pas balik dari kemah Pramuka”. Iya, terakhir gue diurut pas gue kelas 2 SMA, pulang dari Kemah Nasional di Jatinangor, Jawa Barat. Kemah Pramuka terasyik, dengan paket wisata tiap hari secara selundupan. Ya, itu kelakuan gue. Kemah yang mempertemukan gue dengan kakak panitia yang jutek dan nyebelin, tapi ujung-ujungnya nanya nomor hape gue, #tsaaahhh apa banget dah lu, Nay. Hmmm di mana lah kakak yang namanya Bentar Bara Gencar itu. Nama yang cukup fenomenal dan menggelegar jagat kawah candradimuka itu. Hahaha . Sempet maen kucing-kucingan karena gue 3 hari berturut-turut ikut paket wisata, aaahhh lucu. Untung gue ga jatuh cinta sama tu kakak panitia, hal ini mementahkan scene FTV yang bercerita tentang cinta bermula dari awal kucing-kucingan atau benci-bencian. #ehh. Pramuka emang keren, sekeren cinta pertama gue yang kaya monyet, eh bukan, maksud gue cinta pertama gue yang kemonyet-monyetan, upss ga, gini maksud gue, cinta pertama gue yang mirip monyet. Huft.. gitu lah pokoknya. Cinta pertama gue di Pramuka, cinta pertama gue itu kaya monyet. #laaahhh. Ga bener!!

Eehhh, jadi ngelantur kan, padahal kan mau cerita hal absurd saat gue diurut. Lanjut, gue mulai berdoa dalam hati supaya otot-otot gue yang ga seberapa itu perlahan mulai relaksasi dan ga selalu tegang kaya biasanya. Haaallllaaamaaaakkk.... sakit sii ga, tapi geliiiinya itu kagak nahan. Kalau sakit, sesakit apapun itu masih bisa gue tahan, karena gue udah terlatih sakit hati dan raga #woellah tapi kalo geli, sumfeeeh dah miapa, miayam, mioyeng mimimimi.... gue ga bisa nahaninnya. Gue spontan ketawa sengakak-ngakaknya, gue rasa lebih aduhay suara gue dibanding tante kunti. Bu Jum yang ngurut gue jadi bengong, terus doi bilang “selama ini tiap ngurut cewek pasti triak sampe nangis kesakitan, tapi ngurut sii Nia ini kok aneh yah, malah ketawa ngakak gini” eehhh doi ikutan ketawa juga. Gue yang emang dari tadi ketawa ngakak sempet-sempet jawab “kalo sakit, Nia ga bakal bersuara Bu, fokus buat nahan sakit. Tapi kalo geli, ya begini dah jadinya, ketawa mulu”. Bu Jum makin ngakak “Ya udah, ketawanya udahan dulu, nanti oto-otot perutnya tambah kenceng”. Gue yang masih sibuk ketawa bilang “ya udah, ntar dulu bu, jangan diurut dulu, Nia mau ketawa dulu sampe puas”. Bu Jum Cuma geleng-geleng kepala, mungkin gue emang satu-satunya pasien doi yang aneh. Hahahahaha. Bu Jum mulai menekan perut gue, alamaaakk sakeeeettt yang ini. tapi gue coba tegar dan bertahan kaya si Rossa dan Rama. Buat menambah dramatis keadaan gue, gue menambahkan efek-efek suara untuk mewakili suara perut gue yang ditekan Bu Jum. ketika doi menekan perut gue, gue spontan mengeluarkan suara "ngik". doi mulai menekan dan gue bilang "ngik", berkali-kali ibu Jum menekan, berkali-kali juga gue bilang "ngik". sampe akhirnya Bu Jum berehenti, dan berkata sambil tertawa "kok ada ngik ngik nya segala sih Nia?". gue ikut tertawa, gue bilang aja biar ada efek dramatisnya aja kok Bu (padahal mah nahan sakiiiittt...euuhhh)

Tertawa ngakak gue mulai teredam, gue harus serius, karena ada nyokap masuk ke kamar ngeliatin gue. Gue harus fokus, iyak fokus (lu kate mau ujian, Nay?? Whatever!!). Bu Jum bilang “ ya ampun, ini perut anak cewek kok gini amat ya?”. Gue bengong, what happen sama perut gue? Isinya berantakan kata Bu Jum. Etdaaahhh, berantakan gimana ini?? Gue mulai mikir jauh, imajinasi liar gue makin liar kaya kuda atau banteng matador. Yang ada dipikiran gue, isi perut gue tabur tayar kaya abis tsunami, mungkin usus gue atau lambung gue udah bertukar posisi, atau mungkin hati gue udah pindah ke rongga perut lo. #eaaa . Emang perut Nia kenapa Bu? Gue penasaran. ibunya jawab "Nia suka loncat-loncat ya??" Setttt daaahhh, dikira gue anak tupai kali ya loncat-loncat. Hadeuh.... "Nia kalo naek motor pelan-pelan aja ya, polisi tidur sama jeglokan jangan diterabas semua, kasian lah perutnya" lanjut Bu Jum. Hyampyuuuuunnn Nia, Nia.

Gue bengong, jadi emang ada masalah sama perut gue, makanya mens gue ga lancar. Bu Jum juga bilang ini juga yang nyebapin napsu makan gue ilang, karena posisi perut gue yang agak turun, bikin makanan yang gue makan tertekan, naik ke atas. Jadi, makan sedikit aja udah kenyang. Akibatnya gue jadi males makan. Gue ber’oooo panjang "pantesan ya Bu, badan Nia kurus banget kaya lidi, kaya orang kurang gizi". Bu Jum senyum “Badan Nia ini ga kurus, siapa yang bilang kurus, cewek-cewek kan pengennya punya badan yang kaya gini. Cuman mungkin karena ada masalah diperutnya makanya napsu makannya ilang, keliatan agak kecil aja. Kalo udah sembuh kaya biasa lagi, nanti badannya bagus lagi, pas sama tinggi badannya”. Syaellaaahhh, nyes banget kata tukang urut baru nyokap ini, belom tau aja doi, kalo ini badannya Julie Estele. Kalo agak gendut lagi kaya biasanya, udah deh, Manohara dijilbapin.. hahaha *ngayal babuk*.

By the way, lama kelamaan gue ngerasa enak diurut, berasa di spa kalo kata si cunul (wait, Cunul?? hahaha). Tau gini, gue ngacir bentar ke kamar ngambil peralatan wanita gue, yang lama gue simpen (iyapp, gini-gini gue punya lulur, masker, body butter, conditioner, yah pokoknya perlengkapan wanita pada umumnya, wanginya juga macem-macem, wangi cokelat gue paling suka, sampe takut kalo lewat depan orang bisa digigit gue.. hahahaha) lumayan satu jam setengah diurut sama Bu jum. Ibunya asik, walopun ga sepengomong mbah selawe. Hahahaha... recomended dah Bu Jum ini buat orang se-Kotabumi, kalo ada yang minat bisa chat me dah, ntar gue kasih CPnya.

Ada tips lagi nih buat yang mau cari tukang urut, tanya aja dulu sambil ngobrol, doi bisa ngurut karena keturunan atau belajar. Kalau karena belajar, gue jamin lu bakal sakit semua badannya, karena ga alami ngurutnya. Sama kaya cinta yang muncul karena dipakasa untuk mencintai, hasilnya ga bakal maksimal, cinta yang ada juga jadi kaya formalitas doank, cinta tanpa rasa. Beda sama cinta alami yang natural, kaya cinta gue ke lo #curcol mode on. Hahaha. Nah Bu Jum ini emang keturunan, makanya doi paham banget anatomi yang ga beres di dalam tubuh pasiennya.

Selesai urut, gue disuruh minum jamu-jamu tradisional. As an usual, ga jauh-jauh dari kunyit asem lah. Macam kiranti gue rasa. Mama mulai sibuk nyiapin semuanya. Oke lah cukup absurd untuk hari ini, cukup apa banget, dan cukup membuat perut gue lumayan oke. Apa yang gue tulis berdasarkan fakta dan realita yang ada, kalo ada manfaatnya ya syukurlah, kalo malah bikin lo yang baca bete, gue minta maaf dah.

Buat kak Bara, Bentar Bara Gencar maksudnya ya, bukan Bernard Batubara, punten atuh kak moga ga baca ni tulisan (lagi pula gue rasa kakak ini ga bakal inget gue lagi). Iya gue sebel banget sama lo. Hahahaha. Buat cinta pertama gue yang kemonyet-monyetan, thanks yak udah ngajarin gue arti setia, setia ga bisa move on dari lo bertahun-tahun, sampe gue harus sakit banget liat lo jadian sama sodara gue sendiri yang gue kenalin ke lo. Buat cinta terakhir gue, jangan marah atau jealous sama cerita aku ya, ini bagian dari scene yang bakal kita tertawakan bersama saat kita menikmati kopi sore di bawah guyuran hujan seksi. #etdahhh #cocweet

Buat yang udah empet baca tulisan ga penting ini, nuhun sareng punten pisan yah. Nuhun udah dibaca, punten udah bikin bete. Hehehe

See ya...

Minggu, 05 Oktober 2014

Tuhan Tidak Pergi


Tuhan, aku tau ini semua renacanaMu. Jika terjadi kesalahan, itu murni karena kesalahan manusia. Engkau tidak pernah salah menentukan setiap ketetapan pada makhlukMu. Mungkin aku yang menentang takdirmu, dan sekarang harus menerima segala konsekuensinya. Tuhan, aku tau Engkau maha pengasih dan penyayang. Engkau maha segalanya. Tidak ada yang tidak mungkin jika Engkau berkehendak. Engkau tidak pernah meninggalkan hambaMu. Engkau tetap memberikan yang terbaik untuk hamba-hambaMu. Meskipun mereka selalu mendurhakaiMu. Engkau tetap memberi mereka hidup dan kenikmatan lainnya agar mereka kembali sadar dan kembali ke jalanMu. Tidak ada kerugian apapun padaMu atas kedurhakaan mereka, sebutir debu pun Engkau tidak merasa rugi.

Tuhan, masihkah aku layak bersimpuh di depanMu? Aku berlumur dosa, mungkinkah aku akan kembali fitrah, Tuhan? Tidak kah aku harus mendengar cibiran-cibiran mereka? Tuhan, aku pernah membaca tentang Khalifah Ali bin Abi Thalib. Para sahabat berkata bahwa saudara kerabat dari Ali bin Abi Thalib RA sangatlah banyak. Tapi Syaidina Ali menjawab “Lihat saja saat aku terkena musibah”. Aku tau maksudnya. Jika kita mau tau seberapa banyak orang yang peduli dan sayang dengan kita, lihat pada saat kita terpuruk. Siapa yang mau mendekati kita. Kalau kita dalam keadaan jaya dan bahagia, sudah pasti banyak yang ikut bahagia bersama kita, tetapi jika kita terpuruk, ada berapa orang yang ikut menangis dan tinggal di samping kita. Tuhan, jika aku bahagia aku banyak sekali teman yang tertawa bersamaku. Sekarang aku terpuruk, aku terjatuh, terjerembab dan sekarat. Aku menikmatinya sendiri, Tuhan. Tidak ada tangis dari mereka yang menemaniku. Berbeda sekali saat aku tertawa, banyak yang turut serta bersamaku. Apa aku bersedih? Sudah banyak air mataku yang tertumpah, aku sudah tidak ada air mata lagi untuk menangisi kesendirianku karena tidak adanya mereka bersamaku. Sudah cukup aku menangisi semuanya dihadapanMu, Tuhan. Hanya Engkau yang selalu mendengarkanku, tidak pernah meninggalkanku dan yang selalu menyayangiku.

Tuhan, jika ini yang harus aku jalani, aku akan menjalaninya. Aku tau ini sangat berat, sampai saat ini aku masih belum tau bagaimana caraku melewatinya. Tuhan, aku tidak memintaMu untuk menghilangkan semua ini dari hidupku, terlalu egois aku menawarnya padaMu. Aku hanya minta hatiku lebih kuat dari sebelumnya, ragaku kokoh dari biasanya, jiwaku yang lapang dari sebelumnya. Agar aku bisa melewati ini semua walaupun sendiri, tanpa mereka bersamaku. Secara tersurat mungkin aku sendiri, tapi aku tau Engkau menyertai setiap langkahku dan menuntunku ke jalanMu. Kuatkan hati ini, Tuhan. Kuatkan hati ini untuk tegar atas terpaan badai mengerikan dari makhlukMu. Tak penting aku baik di mata mereka, sejatinya hanya Engkau yang tau aku. Hanya Engkau yang tau kesungguhan hatiku. Aku hanya ingin ampunan dan kasih sayangMU. Jangan pernah tinggalkan aku, Tuhan. Aku akan kembali mengejarMu walaupun jalan menujuMu sangat terjal dan berduri, walaupun aku harus tertatih dan terseok-seok aku akan tetap berlari menujuMu. Tidak peduli betapa berat ujianMu yang datang dari makhlukMu.

Aku hanya meminta hati yang kuat. Jiwa yang lapang dan tegar untuk menujuMu, Tuhan