Pages

Kamis, 10 Oktober 2013

Seonggok Sampah Omong Kosong

Ingin rasanya teriak menyuarakan jeritan hati ini melalui pengeras suara masjid. Biar puas, biar semua tau, bahwa senyum yg terlihat ini adalah palsu. Di bawah tekanan yg beratnya bagai kapal barang, bagai tiang-tiang Titanic yg patah itu. Bagai tumpukan batu gunung yg besar2 itu. Perih, hancur tak berbentuk lagi hati ini. Semua ini membuat raga rapuh ini menjadi semakin lemah, malas dan tak menginginkan apa-apa. Hanya bisa merasakan bahwa masih ada hembusan napas yg tersengal dan tercekat. Menatap langit, perlahan mulai redup, redup dan kemudian gelap. Klik. Iya gelap. Selalu berharap setidaknya ada tangan-tangan malaikat yg menjulurkan setitik cahaya, ntah itu dari api, atau lampu sorot yg booommmm di tengah lorong tikus yang sempit itu.

Ahh... aku bosan berkeluh kesah, tho tidak ada juga yang mau mendengarkan, ah tidak, aku rasa masih ada yang ingin mendengarkan, walau hanya menatap iba. Tapi tidak sepenuhnya mengerti. Egois. Iya aku egois. Aku ingin semua mendengarkan aku, mendengarkan semua ceritaku, mendengar semua keluh kesahku, mendengar semua suara-suara lirih getirku. Setidaknya aku tidak merasa sendiri berada di bumi yang kejam ini.

Kadang aku bertanya, untuk apa aku dikeluarkan dari perut bumi ini kalau pada akhirnya pun aku akan kembali ke perut bumi? Oh tidak tidak, mungkin bukan hanya aku yang melontarkan pertanyaan nakal yang demikian, mungkin di luaran sana juga banyak yang bertanya seperti itu, tapi tak berani melontarkannya. Kalaupun harus dilontarkan, pertanyaan itu akan ditujukan ke mana? Ke siapa? Tuhan? Tidak aku tidak berani bertanya dengan Tuhan. Aku malu. Malu. Abaikan pertanyaanku yang tidak penting itu Tuhan. Tapi jangan pernah abaikan aku, aku tak punya siapa-siapa yang akan menyayangi tubuh hina ini Tuhan, aku tidak punya tempat bermanja lagi, aku tidak punya tempat untuk sekedar menangis dan merengek Tuhan. Aku hina, aku lemah, aku alfa, aku datang dari lembah gelap Tuhan.

Ingin rasanya aku berlari, berlari dan terus berlari. Walau jatuh tertatih, terseok-seok, atau bahkan kehilangan kemampuanku berjalan dan berlari. Asal aku bisa membersihkan semuanya Tuhan. Agar Engkau kembali menoleh ke arahku, dan memungutku kembali, memungutku kembali dari kubangan sampah yang busuk, kotor dan menjijikkan. Sampai pada akhirnya aku kembali layak berdiri menatap tegar ke hamparan dunia yang indah, mengedipkan mata ke arah mentari pagi yang cerah dan hangat seperti tersenyum ke arahku, menari di bawah rinai hujan kompak Mu, berdecak kagum atas kemilau warna warni pelangi setelah hujan, menikmati aroma bunga-bunga yang bermekaran dihiasi pasukan kupu-kupu dengan sayapnya yang senada dengan pelangi, merajut kembali asaku yang sempat hilang tertelan pahitnya kenyataan, hingga aku mampu berkata “aku kembali”


Iya, aku masih menunggu itu Tuhan, aku masih menunggu. Aku meringkuk di bawah naungan Kasih Mu, ku pasrahkan semuanya, hidupku, asaku, cita dan cintaku berjalan dalam titian Mu.


2 komentar:

Braineinsa mengatakan...

Nay,, Allah send me to the universe to help pure 'angel' in human's body like you... Iam here always here to be your forever friend :) just share, maybe You will get some inspiration... hehehe :D by @indirlvie

Kurnia Mayang Sari mengatakan...

yeayy...aku tau aku tau kawan...thanks so much..love u cha...:*

Posting Komentar