Pages

Sabtu, 23 Maret 2019

Lagi dan lagi

Aku pikir sudah waktunya aku mengakhiri segala bentuk rasa tentangmu, termasuk rindu. Bukan, ini bukan karena terlarang. Mana bisa perasaan itu dilarang, dibunuh saja tepatnya. Tapi, apa yang akan tersisa saat pembunuhan itu terjadi? Kematian. Mati rasa! Bukankah hidup itu harus banyak rasa?

Aku merindukanmu, sungguh. Tapi, aku tidak mau membuatnya setengah hidup dan setengah mati. Aku tidak pernah mati suri, namun perasaanku sudah pernah seperti itu. Inginku berlari sangat jauh, sampai tidak ada yang bisa mencariku, dan aku juga tidak tahu lagi arah jalan pulang. Tapi aku tidak bisa, rinduku selalu memanggilku untuk pulang.

Padahal saat pulang, tidak aku temukan dekap yang selama ini kudamba. Sia-sia. Ternyata aku kembali kepada pelukan semu. Kutemukan kedua tanganku memeluk bayanganku sendiri.

Kamu benar telah pergi. Aku benar telah sepi. Mengadukan dukaku pada semesta adalah cara terbaik saat sesak melanda. Aku teriakkan saja namamu di tengah derasnya hujan. Biar hujan tahu, aku sangat merindukanmu.

0 komentar:

Posting Komentar