Pages

Rabu, 17 September 2014

Semesta Keren

Dear Semesta,

Hai semesta, apa kabar? Sibuk kah menemani yang lain? Aku bisa cemburu ketika kau sudah tidak mempedulikan aku lagi. Baiklah aku tidak akan cemburu, aku hanya ingin menitipkan sesuatu untukmu. Sebenarnya bukan sesuatu yang berharga, hanya ucapan terimakasih saja. Aku ingin berterimakasih kepada prajurit-prajuritmu. Mereka telah menemaniku selama ini.

Pertama, aku ingin mengucapkan terimakasih kepada prajuritmu sang matahari. Dia telah menghangatkan hari-hariku, menerangi siangku, memberikan energi bagi hidupku. Keberadaannya mengindahkan duniaku. Rantai kehidupan terus berpilin, berikatan selaras. Bahkan ada spesies bunga yang memakai namanya, bunga matahari. Begitu cantik prajuritmu yang satu ini, semesta. Banyak yang mengeluh jika panasmu begitu terik, termasuk aku juga. Tapi tidak mengalahkan rasa syukurku dengan hadirmu. Tetap bersinar ya matahari.

Kedua, aku ingin berterimakasih kepada sang pagi. Pagi ini pun aku rasa tidak akan indah tanpa hadirnya sang matahari. Pagi akan hambar, dingin, bahkan mencekam tanpa hadirnya matahari. Pagi memberikan cerita baru bagiku. Entah itu episode lanjutan dari kemarin yang begitu indah, atau hal yang baru akan dimulai bersamaan dengan munculnya pagi. Hal baru yang belum diketahui, apakah indah atau menyedihkan. Aku sebut sang pagi adalah awal sebuah misteri.

Ketiga, aku ingin mengucapkan terimakasih kepada sang embun. Hadirnya menyejukkan hati dan perasaan. Seperti cinta yang ditawarkan dalam sebuah cawan kristal berbentuk hati, yang bening tanpa keruh, yang suci tanpa cela yang murni tanpa tuba. Walaupun hanya sementara, tapi begitu membekas, tak pernah marah walaupun keberadaannya harus lenyap ketika sang matahari muncul. Terpaksa menghilang meninggalkan sang pagi, namun tepat janji untuk datang di esok hari sebelum menghilang kembali karena hadirnya sang matahari. Terimakasih embun, kau ajarkan aku arti pengorbanan, kau ajarkan aku arti mencinta tanpa balas dan dendam. Kau ajarkan aku arti setia tanpa keluh. Kau ajarkan aku tersenyum dalam lara. Sekali lagi aku ucapkan terimakasih, embun.

Selanjutnya, aku masih punya banyak terimakasih yang ingin ku sampaikan kepada prajuritmu wahai semesta. Aku masih boleh kan melanjutkannya? Kau masih ingin mendengarkannya, kan? Iya, seperti biasa, hanya kau yang mau mendengarkan semua keluh kesahku selama ini. Kau dan prajurit-prajuritmu, semesta. Keempat, aku berterimakasih kepada sahabat setia langit. Awan dan angin. Awan putih yang mempunyai bentuk-bentuk unik menemani imajinasiku setiap kali aku menengadahkan wajahku ke langit. Dia yang berarak bersama belahan jiwanya sang angin. Kemana pun angin berhembus, dia akan mengikutinya. Tanpa pernah bertanya “akan kemana kita?”. Dia juga yang selalu membawa signal munculnya sang sahabatku. Kau pasti tau siapa sahabatku, kan? Iya, sahabatku sang hujan. Awan, terimakasih kau melengkapi duniaku dengan membawa hujanku. Jika hujan turun, ada aku yang menari girang di bawahnya. Di bawah rinai hujan yang kau bawa bersama sang angin.

Kelima, ada sang hujan yang sangat aku rindu kehadirannya. Terimakasih hujan. Gerimis atau derasmu, sama saja bagiku. Sama-sama menambah syahdu hatiku. Tiap tetesanmu yang membasahi bumiku, membasahi kulitku dan segalaku memberikan kesejukkan di tengah hiruk pikuk masalah yang menjeratku. Menyegarkan raga rapuhku yang mulai melusuh, menumbuhkan kembali benih-benih harapan yang mulai menghilang haranya. Perlahan kau sirami lagi, hingga kembali muncul tunas baru, tunas muda yang akan tumbuh menjadi besar, walaupun tidak tau apakah nanti dia akan bertahan, atau malah patah dan mati akibat keadaan atau tangan-tangan jahil manusia lainnya. Terimakasih hujan atas hadirmu. Tau kah kamu, setelah kamu berlalu akan ada lengkungan bumi yang indah. Aku biasanya menyebutnya perisai bumi dengan tujuh warna magic, dia adalah pelangi.

Pelangi, kamu adalah urutan selanjutnya yang ingin aku ucapkan terimakasih. Tadinya, aku mulai risau ketika hujan mulai mereda karena aku tidak bisa menumpahkan air mataku bersama tetesannya, atau aku tidak bisa tertawa bahagia bersamaan dengan derasnya. Tapi hujan begitu bijaksana, dia tidak membiarkan aku kesepian. Dia menitipkan kamu, tujuh warna ajaib perisai bumi. Pelangi. Dia membiarkanmu beberapa saat menghiasi langitku, menemaniku melukis senyum simetri dikedua sudut bibirku. Hujan mengisyaratkan “aku akan pergi untuk sementara, aku akan menitipkan pelangi untukmu. Ingat ya, pelangi adalah janjiku untukmu, aku pasti akan datang lagi untuk menemanimu, jangan bersedih”. Hujan dan pelangi, terimakasih.

Senja, aku berterimakasih kepadamu. Kehadiranmu mengisyaratkan bahwa tiada pesta yang tak akan usai, tak ada badai yang tak berlalu, tak ada hidup yang tak akan mati, tak ada yang abadi. Ketika aku bersedih, aku yakin kesedihanku akan segera menghilang dan akan berganti dengan kebahagiaan yang tiada tara. Begitu juga sebaliknya, ketika aku bahagia, kamu mengisyaratkan jangan terlena dengan kebahagiaan yang melambungkanku saat ini, bisa jadi dalam sekejap aku akan terhempas bahkan terjerembab ke dalam jurang yang dalam. Kamu mengajarkan aku arti bersyukur dan sederhana. Senja, kehadiranmu menandakan bahwa kita hidup beriringan dengan waktu. Jika bukan kita yang mengendalikan waktu, maka waktu yang akan mempermainkan kita. Hadirmu hanya sekejap, hanya sebagai tanda dan peringatan. Terimakasih karena kamu selalu mengingatkanku, tak pernah bosan tiap harinya. Tidak hanya itu, rona merahmu begitu indah menghiasi langit sore. Langit yang lelah menaungi berjuta-juta makhluk di alam ini, langit tak mengeluh karena ada senja yang siap membawanya istirahat diperaduannya. Kompak.

Hei semesta, begitu kompak prajurit-prajuritmu ini, aku sampai bingung harus berterimakasih dengan cara apa lagi. Hanya barisan tulisan ucapan terimakasih ini yang bisa aku sampaikan. Tolong disampaikan ya, aku rasa mereka tidak bisa mendengarkanku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku tau mereka tidak hanya mengindahkan hari-hariku saja, tapi hari-hari dia dan mereka juga. Jadi, aku titipkan padamu saja yaa..

Ada satu rumpun prajuritmu lagi yang ingin aku ucapkan terimakasih. Dia, prajuritmu yang bernama malam beserta bulan dan bintangnya. Malam sang penguasa mimpi, pemeluk rindu, pelabuh lelah, pemberi tenang. Bulan dan bintang penyemaraknya, anggotanya yang menjadikannya indah dan cantik. Tempat orang-orang menggantungkan mimpi-mimpinya, termasuk aku. Malam tempatku melabuhkan lelah, menampung rinduku dan menyampaikannya lewat bulan dan bintang. Malam yang memeluk erat mimpi-mimpiku, menemaniku sampai aku kembali menjumpai sang pagi dan matahari. Malam yang menyimpulkan tiap episode kisahku, memuhasabah diriku, meremajai sel-sel otakku yang mulai mati. Malam mengajarkanku arti mengalah pada waktu, mendewasakanku walaupun aku tak bisa meninggalkan sifat kekanak-kanakanku. Tapi malam tak pernah lelah mendekapku agar aku tak terjatuh. Mengajarkanku tetap tegar dan sabar dalam gelap, sabar karena esok pasti ada matahari yang kembali menemani dan menerangi hari-hariku. Aku akan kembali melihat pagi lengkap dengan embun sekejapnya. Aku percaya akan janji sang malam, malam tak pernah ingkar janji.

Semesta, terimakasih telah memberikanku prajurit-prajuritmu yang luar biasa. Aku tak kesepian. Tau kah kamu, hanya kepadamu aku mampu bercerita semuanya. Hanya kamu yang mau mendengarkanku tanpa pernah mengeluh. Kamu memang tak menjawab pertanyaan-pertanyaanku, tapi kamu mengutus prajurit-prajuritmu untuk menemani ku, menuntunku untuk menemukan jawaban dari  semua pertanyaanku. Terimakasih semesta, terimakasih Tuhan kau telah ciptakan semesta yang terlalu keren untukku. Dua kata untukmu, semesta. Semesta Keren!!! v^^v



_Pecinta Semesta_


0 komentar:

Posting Komentar